MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Sesuatu Yang Tertunda"

"Sesuatu Yang Tertunda"



Disini aku sendiri
Menatap relung relung hidup
Aku merasa hidupku
Tak seperti yang ku inginkan

Terhampar begitu banyak
Warna kelam sisi diriku
Seperti yang mereka tahu
Seperti yang mereka tahu

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku menantang sendiriku

Temui cinta
Lepaskan rasa
Temui cinta
Lepaskan rasa

Disini aku sendiri
Masih seperti dulu yang takut
Aku merasa hidupku pun surut
Tuk tumpukan harap

Tergambar begitu rupa samar
Seperti yang kurasakan
Kenyataan itu pahit
Kenyataan itu sangatlah pahit

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku menantang sendiriku

Temui cinta
Lepaskan rasa
Temui cinta
Lepaskan rasa
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Si Putri Dan Si Fulan"

"Si Putri Dan Si Fulan"



Ini kisah cinta demonstran
Si putri dan si fulan jumpa di depan istana
Terkadang di gerbang DPR
Istana dan DPR tempat mereka pacaran

Sehabis demo kecapean
Tenggorokan kering perut keroncongan
Es kelapa muda sepiring ketoprak
Mata saling memandang
Akhirnya jadian, bukan jadi-jadian

Si putri dan si fulan
Menuntut harga diturunkan
Si putri dan si fulan
Butuh presiden yang negarawan

Si putri dan si fulan
Tak punya ambisi politik apalagi jadi pejabat
Yang dia inginkan negeri ini seperti apa yang diajarkan

dosen-dosennya

Usai demo usai kuliah
Dapat sarjana mereka menikah
Pulang kampung bangun desa
Seperti yang mereka cita-citakan
Sebab di desa cita-cita jadi nyata

Si putri dan si fulan
Membuatdesa sejahtera
Anak-anaknya mulai tumbuh dewasa
Lalu mengikuti jejak orang tuanya
Menjadi demonstran juga

Si putri dan si fulan
Lagu cinta para demonstran
Neng geulis akang jagoan

Si putri dan si fulan
Lau cinta para demonstran
Semakin geulis
Semakin tampan
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Si Tua Sais Pedati"

"Si Tua Sais Pedati"



Bergerak perlahan dengan pasti
Di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar geletar cemeti
Diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati

Gerak pedati sebentar berhenti
Tampak si tua sais pedati
Mulai membuka bungkusan nasi
Yang dibekali
Sang istri

Gerak pedati lalu jalan lagi
Singgah disetiap desa
Tanpa ragu ragu tanpa malu malu
Napas segar terhembus dari sepasang lembu
Yang tak pernah merasakan sesak polusi

Dia tak pernah memerlukan
Dia tak pernah membutuhkan
Solar dan ganti oli bensin dan ganti busi
Apalagi charge aki

Dia tak pernah kebingungan
Dia tak pernah ketakutan
Akan kata orang tentang gawatnya
Krisis energi

Gerak pedati dan lenguh lembu
Seember rumput dan geletar cemeti
Seakan suara adzan yang dikasetkan
Sementara itu sang bilal (gawat)
Pulas mendengkur
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Siang Pelataran Sd Sebuah Kampung"

"Siang Pelataran Sd Sebuah Kampung"



Sentuhan angin waktu siang
Kibarkan satu kain bendera usang

Di halaman sekolah dasar
Di tengah hikmat anak desa nyanyikan lagu bangsa
Bergemalah

Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki
Lantang suara anak anak disana

Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya
Walau tak terucap namun bisa kurasa
Bergemalah

Ya ha ha hau
Harapan tertanam
Ya ha ha hau
Tonggak bangsa ternyata tak tenggelam

Dengarlah nyanyi mereka kawan
Melengking nyaring menembus awan
Lihatlah cinta bangsa di dadanya
Peduli usang kain bendera
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Siang Seberang Istana"

"Siang Seberang Istana"



Tertidur berbantal sebelah lengan
Berselimut debu jalanan

Rindang pohon jalan menunggu rela
Kawan setia sehabis bekerja
Siang di seberang sebuah istana
Siang di seberang istana sang raja

Kotak semir mungil dan sama dekil
Benteng rapuh dari lapar memanggil
Gardu dan mata para penjaga
Saksi nyata yang sudah terbiasa

Tamu negara tampak terpesona
Mengelus dada gelengkan kepala
Saksikan perbedaan yang ada

Sombong melangkah istana yang megah
Seakan meludah diatas tubuh yang resah
Ribuan jerit didepan hidungmu (matamu)
Namun yang ku tahu tak terasa mengganggu

Gema azan ashar sentuh telinga
Buyarkan mimpi sikecil siang tadi
Dia berdiri malas melangkahkan kaki
Diraihnya mimpi digenggam tak dilepaskan lagi
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Songsonglah"

"Songsonglah"



Lepaslah
Lepaslah belenggu ragu
Yang membelit hati

Langkahlah
Melangkah dengan pasti
Menuju gerbang baru

Songsonglah
Songsonglah gelombang waktu
Berenang dengan tenang

Tangis bayi baru lahir
Memecah hari yang berat
Ibunya pasrah berdarah
Beban hidup kian bertambah
Namun harapan juga bertambah
Sang ayah tak mampu berkata

Mendengar
Mendengar suara gaduh
Hatinya terluka

Melihat
Melihat wajah murung
Air matanya berlinang

Merasa
Merasa telah tiba
Saat yang ditunggu tunggu
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Sore Tugu Pancoran"

"Sore Tugu Pancoran"



Si budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si budi diam di dua sisi
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Suara Hati"

"Suara Hati"



Apa kabar suara hati?
Sudah lama baru terdengar lagi
Kemana saja suara hati?
Tanpa kau sepi rasanya hati

Kabar buruk apa kabar baik?
Yang kau bawa mudah mudahan baik
Dengar dengar dunia lapar
Lapar sesuatu yang benar

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Ku dengarkah orang orang yang menangis?
Sebab hidupnya dipacu nafsu
Kau rasakah sakitnya orang yang terlindas?
Oleh derap sepatu pembangunan

Kau lihatkah pembantaian?
Demi kekuasaan yang secuil
Kau tahukah alam yang kesakitan?
Lalu apa yang akan kau suarakan?

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Jangan pergi lagi
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Sudah Berlalu"

"Sudah Berlalu"



Mungkin sudah berlalu
Bersama redup senja
Kita bukanlah satu
Ku tak lagi kau puja

Kini tak akan lagi
Kuharap indah mimpi

Bila tak lagi kau resapi
Cinta hanya tuk dua hati
Jangan lagi kau ucap janji
Bila hanya kau ingkari
 
MODERATOR
Učlanjen(a)
06.07.2010
Poruka
30.267
"Sudrun"

"Sudrun"



Angin panas otak panas
Orang waras jadi ganas
Hawa gerah hidup susah
Ngomongnya ngaco dianggap gila

Rumah kontrakan belum terbayar
Uang habis hutang numpuk
Pemasukan belum jelas
Pengeluaran sudah jelas

Oooh
Apakah ini?
Siapa yang tahu?
Tak ada yang tahu

Sering kali kita terpaksa berfikir
Melihat orang yang menjadi gila
Sebab tak sanggup lagi menanggung
Beban hidup yang semakin berat

Nasib baik belum datang
Angin surga sering datang
Kepala pusing kepanasan
Mau menangis tidak bisa
 
Natrag
Top